Rabu, 28 September 2016

Peran Saintis dalam Pengembangan ilmu kartografi di Indonesia

Peran Saintis dalam Pengembangan ilmu kartografi di Indonesia

Kartografi merupakan ilmu khusus yang mempelajari segala sesuatu mengenai peta, dimana ilmu dan seni digabung menjadi satu untuk menghasilkan peta yang baik dan memiliki nilai estetika. Pengetahuan mengenai teknik menggambar lokasi atau sesuatu yang menunjukkan suatu tempat sudah ada sejak 2300 SM oleh bangsa Babilonia. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, perkembangan pembuatan peta pun mulai memasuki ranah matematis. Pengukuran jarak pun dijadikan salah satu alasan untuk mengubah peta yang dibuat menjadi sesuatu yang memiliki nilai absolut. Sehingga, perkembangan ilmu ini disebut dengan Kartografi. Tujuan dari kartografi adalah mengumpulkan dan menganalisa data dari lapangan yang berupa unsur- unsur permukaan bumi dan menyajikan unsur- unsur tersebut secara grafis dengan skala tertentu sehingga unsur- unsur tersebut dapat terlihat jelas, mudah dimengerti dan dipahami. Beberapa pengertian mengenai ilmu kartografi diantara lain:
      1.      Menurut ICA (International Cartograph), Kartografi adalah seni, ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pembuatan peta bersamaan dengan studi pembelajarannya sebagai dokumen ilmiah dan seni.
      2.      Kartografi adalah ilmu dan teknik pembuatan peta (Prihandito, 1989).
      3.      Menurut Rystedt B. (2001) dalam Trends and Developments in Cartography, Kartografi adalah disiplin ilmu yang menyatukan (dealing) antara peta dan pemetaan. Kartografi menyatukan (deals) tampilan/representasi dari dua fenomena geografi, yaitu fenomena geografi nyata dan virtual. Basis data geografi dan realita virtual adalah hasil dari proses pemetaan, yang merupakan transformasi dari realita ke sebuah tampilan/representasi digital.
       4.      (Secara umum) Kartografi adalah ilmu yang mempelajari tentang perpetaan. 
            Kartografi berkembang dari kumpulan teknik menggambar menjadi sebuah ilmu. Seorang kartografer harus memahami psikologi kognitif dan ergonomic untuk membuat symbol yang cocok untuk mewakili informasi tentang bumi sehingga bisa dimengerti orang lain secara efektif. Kartografer juga perlu memahami psikologi perilaku untuk mempengaruhi pembaca agar memahami informasi yang dibuatnya. Mereka juga harus mempelajari ilmu geodesi dan matematika yang tidak sederhana untuk memahami bagaimana bentuk bumi berpengaruh terhadap penyimpangan atau distorsi dari proses proyeksi ke bidang datar.
    Perkembangan ilmu kartografi dalam memasuki periode modern, yakni diatas abad ke-17, perkembangan peta mulai memperhatikan akurasi dan presisi objek yang digambarkan. Seiring dengan perkembangan zaman ke era digital, pembuatan peta pun beralih menggunakan berbagai peralatan. Perkembangan awal digitalisasi peta adalah dengan menggunakan bantuan meja digitizer, dimana meja tersebut dikoneksikan pada perangkat lunak pengolahan peta dan perangkat keras komputer. Digitasi dilakukan dengan menggunakan mouse pen dengan hasil digitasi dapat di lihat pada layar monitor komputer. Namun pada saat ini, penggunaan meja digitizer telah banyak ditinggalkan, karena dianggap kurang praktis. Saat ini lebih banyak pembuatan peta dengan menggunakan on screen digitation yang berbekal layar monitor komputer atau komputer nirkabel dan mouse. Jika dilihat dari segi kepraktisannya, memang digitasi on screen lebih banyak memberikan kemudahan, terlebih meja digitizer tidak dapat di praktis untuk dibawa berpindah-pindah tempat. Namun dari segi ketelitiannya, meja digitizer memiliki ketelitian yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan digitasi pada layar.
  Perkembangan tersebut diiringi dengan perkembangan SIG dan Penginderaan Jauh (PJ) sebagai patner yang digunakan dalam pembuatan peta. Pemrosesan SIG dan PJ berkaitan erat dengan pengubahan sumber data spasial menjadi suatu informasi spasial pada peta. Informasi-informasi yang digunakan pada peta saat ini pun lebih kompleks dan terstruktur jika dibandingkan dengan peta-peta pada periode pertengahan atau awal.
Dalam ilmu kartografi, dijelaskan beberapa kaidah yang perlu diperhatikan untuk membuat peta yang baik. Beberapa informasi tambahan yang perlu ada dalam sebuah peta adalah :
1.      Judul, biasa digunakan topik/tema dan atau lokasi wilayah yang dipetakan. Judul memberikan gambaran awal kepada pengguna peta mengenai informasi yang tercantum di dalamnya.
2.      Grid/Graticule, sistem grid berkaitan dengan sistem koordinat yang digunakan untuk mempermudah pengguna peta menemukan dan menentukan lokasi absolut objek tertentu.
3.      Legenda, merupakan dekripsi dari simbol-simbol yang digunakan pada isi/muka peta untuk mempermudah pengguna untuk menafsirkan informasi pada peta.
4.      Skala, penting untuk mencantumkan skala numerik (angka) dan atau skala grafis (bar) sebagai informasi perbesaran dan dapat digunakan untuk mengukur akurasi peta tersebut.
5.      Orientasi Mata Angin, membantu memberikan orientasi kepada pengguna. Peta tidak harus menggunakan orientasi utara menghadap ke atas, namun lazimnya peta buatan Indonesia menggunakan orientasi utara ke arah atas.
6.      Inset Peta, adalah zoom out peta tersebut untuk mengetahui lokasi yang dipetakan dan asosiasi lokasi wilayah kajian.
7.      Diagram lokasi, untuk beberapa peta yang terbagi menjadi beberapa lembar perlu untuk dicantumkan sebagai penuntun orientasi wilayah kajian.
8.      Informasi tambahan lainnya, berupa informasi datum dan sistem proyeksi yang digunakan, sumber data pembuatan peta, pembuat/penerbit peta, serta riwayat peta.
    Oleh sebab itu, peran saintis dalam mengembangkan ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan di Indonesia ini. Kita para saintis muda dapat mengembangkan ilmu pengetahuan bukan hanya di bidang Kartografi, melainkan ilmu pengetahuan lainnya. Setidaknya ada dua hal yang bisa dilakukan untuk membangun sains Indonesia seperti yang dicita-citakan. Ini bukan usulan baru, melainkan harus terus dikampanyekan sampai terjadi perbaikan.
  Pertama, pemerintah mau tidak mau harus meningkatkan investasinya di bidang sains. Peningkatan investasi yang cukup besar sehingga dalam jangka panjang bisa mendekati rata-rata dunia (sekitar 2 persen). Peningkatan anggaran ini bisa ditujukan untuk, tetapi tidak terbatas pada, peningkatan dana proyek penelitian yang diiringi pembenahan sistem alokasi supaya penelitian yang dilakukan berkualitas, penguatan lembaga yang sudah ada dan pembentukan lembaga penelitian atau universitas baru yang berbasis riset dengan segala fasilitasnya, dan peningkatan jumlah peneliti dibarengi dengan peningkatan kesejahteraannya. Kerja sama antara AIPI dan Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP Kementerian Keuangan) untuk membentuk Indonesian Science Fund (ISF) bagi pendanaan riset dasar merupakan langkah awal maju yang perlu diapresiasi. Namun, langkah ini perlu dilanjutkan dengan dukungan pemerintah yang lebih besar lewat Kementerian Riset, Teknologi, dan Pedidikan Tinggi dengan memperbaiki atau membuat sistem pendanaan riset yang kondusif bagi pengembangan sains.
   Kedua, komunitas sains harus berupaya terus meningkatkan budaya ilmiah serta output sains yang berkualitas. Langkah ini sama pentingnya dengan peningkatan investasi sains. Banyak pihak yang mengeluhkan tentang rendahnya budaya ilmiah ini. Tanpa budaya ilmiah yang menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah, anggaran besar hanya akan menghasilkan tumpukan laporan yang tidak ada nilainya secara sains. Tujuan mulia tercapainya kemajuan sains pun hanya tinggal mimpi. Salah satu cara peningkatan budaya ilmiah dan kualitas sains bisa dilakukan secara sistematik dengan cara mengkaji ulang sistem insentif, penggajian, dan kenaikan pangkat seorang peneliti atau dosen. Peneliti yang produktif dan menghasilkan karya-karya sains yang berkualitaslah yang dapat maju dalam karier ilmiahnya. Dengan demikian, kegiatan sains jadi fokus pekerjaan. Penilaiannya pun harus dilakukan oleh ilmuwan, bukan oleh birokrat. Sebab, ilmuwanlah yang tahu secara obyektif kualitas ilmuwan lain.
  Akhirnya, sudah tidak perlu lagi dibahas bagaimana kemajuan sains menentukan kemajuan sebuah bangsa. Hubungan kemajuan sains dan kemajuan bangsa bukan lagi sebuah korelasi, melainkan hubungan sebab akibat. Ahli ekonomi sudah menghitung bahwa kemajuan sainslah yang menjadi faktor terbesar pendorong pertumbuhan ekonomi.

Selasa, 07 Juni 2016

Good News!

Assalamu'alaykum wr. wb

Hi guys! Maaf yaa post-an kali ini gue nggak isi dengan materi melainkan gue mau berbagi kebahagiaan sama kalian hehe Alhamdulillah banget setelah semua perjuangan gue di SMA, dari semester 1-4 yang penuh perjuangan dan semester 5-6  yang diisi dengan penuh duka, akhirnya Allah mengizinkan gue untuk menjadi mahasiswa di Universitas Indonesia!!! Gue berterimakasih kepada Allah SWT., orang tua, GO, teman-teman yang selalu support gue, dan seluruh lapisan masyarakat di bumi ini yg udah do'ain gue hehe. Gue berharap semoga teman-teman dan orang-orang yang membaca blog ini, kita semua bisa meraih cita-cita, menjadi orang-orang yang sukses di dunia dan di akhirat, serta menjadi orang-orang yang bermanfaat bagi agama, nusa, dan bangsa. Aaamiin.

Tak lupa, gue mengucapkan terimakasih kepada mereka yang sudah menorehkan luka hehe walaupun sakit ini terus ada, tapi itu juga yang membuat gue berusaha menjadi lebih baik setiap harinya.

God bless you all.

P.s (i'll give u a little advice based on my experience)
1. 'Never give up on what u want. If u fail, try it again. Because failure is the beginning of success. No matter who u are or where u come from, if u always try and have a big desire, u always have a chance to achieve a bright future.'
2. 'I believe that experience is the best teacher, whatever the experience of it (bitter or sweet), there is always a positive side you can take from it.'



                                                                                                                 Love,


                                                                                                               Anggi A

Minggu, 28 Februari 2016

Fotosintesis?

1.      Syarat terjadinya Fotosintesis
Jawab :
1.      Adanya CO2 dan H2O. CO2 diambil dari udara, sedangkan H2O diambil dari dalam tanah. CO2 masuk ke dalam daun melalui stomata (mulut daun) sedangkan H2O sampai di daun melalui proses pengangkutan
2.     Peristiwa fotosintesis berlangsung pada bagian tubuh tumbuhan yang mengandung klorofil (zat hijau daun), umumnya terjadi pada bagian daun, namun memungkinkan pada bagian yang lain seperti pada batang (terjadi pada tanaman kaktus, daunnya berbentuk seperti jarum sedangkan batangnya banyak mengandung klorofil, sehingga batang berperan dalam peristiwa fotosintesis)
3.     Adanya sumber energi, yaitu energi cahaya matahari, manfaatnya adalah untuk membentuk molekul kompleks (amilum) dari molekul sederhana (CO2 dan H2O).

Atau dengan singkatnya :

Faktor yang Mempengaruhi Fotosintesis:

Ø  Faktor Dalam
o   Klorofil
o   Protoplasma
o   Resistensi/hambatan daun (kutikula)
o   Aktivitas enzim fotosintesis
o   Struktur daun (luas daun)
o   Kedudukan daun (kapasitas sinar yang diserap)
o   Umur daun (jumlah klorofil berbeda)
Ø  Faktor Luar
o   Ketersediaan CO2
o   Cahaya matahari/sinar (intensitas, gelombang, warna)
o   Temperatur
o   Air (turgiditas sel)
o   Oksigen (O2 menghambat asimilasi CO2)


2.     Jelaskan proses yang terjadi, zat yang dihasilkan, dan tempat terjadinya :
a.     Fotosintesis fase terang
b.     Fotosintesis fase gelap

Jawab :

Reaksi
Tempat
Melibatkan
Proses
Hasil
Terang
Grana
Cahaya
Klorofil
ADP
H2O
NADP
- Fotolisis
- Fotokimia
- Transfer e-
(reaksi Hill)
*Siklik : ATP
*Non Siklik : ATP, NADP.H2, O2

ATP
NADP.H2
O2
Gelap
Stroma
CO2
RuBP/RDP
NADP.H2
ATP
- Fiksasi
- Siklus Calvin

C6H12O6



a.    Reaksi Terang (Light-Dependent Reaction)

Reaksi terang terjadi dalam membran tilakoid yang di dalamnya terdapat pigmen klorofil a, klorofil b, dan pigmen tambahan yaitu karoten. Pigmen-pigmen ini menyerap cahaya ungu, biru, dan merah lebih baik daripada warna cahaya lain.

Reaksi terang merupakan reaksi penangkapan energi cahaya. Energi cahaya yang diserap oleh membran tilakoid akan menaikkan elektron berenergi rendah yang berasal dari H2O. Elektron-elektron bergerak dari klorofil a menuju sistem transpor elektron yang menghasilkan ATP (dari ADP + P).

Elektron-elektron berenergi ini juga ditangkap oleh NADP+. Setelah menerima elektron, NADP+ segera berubah menjadi NADPH. Molekul-molekul ini (ATP dan NADPH) menyimpan energi untuk sementara waktu dalam bentuk elektron berenergi yang akan digunakan untuk mereduksi CO2. Reaksi terang melibatkan dua jenis fotosistem, yaitu fotosistem I dan fotosistem II. Apakah sebenarnya fotosistem itu?

Telah dijelaskan bahwa dalam tilakoid terdapat beberapa pigmen yang berfungsi menyerap energi cahaya. Pigmen-pigmen itu antara lain klorofil a, klorofil b, dan pigmen tambahan karotenoid. Setiap jenis pigmen menyerap cahaya dengan panjang gelombang tertentu.

Molekul klorofil dan pigmen asesori (tambahan) membentuk satu kesatuan unit sistem yang  dinamakan fotosistem. Setiap fotosistem menangkap cahaya dan memindahkan energi yang dihasilkan ke pusat reaksi, yaitu suatu kompleks klorofil dan protein-protein yang berperan langsung dalam fotosintesis.

Fotosistem I terdiri atas klorofil a dan pigmen tambahan yang menyerap kuat energi cahaya dengan panjang gelombang 700 nm sehingga sering disebut P700. Sementara itu, fotosistem II tersusun atas klorofil a yang menyerap kuat energi cahaya dengan panjang gelombang 680 nm sehingga sering disebut P680.

Ketika suatu molekul pigmen menyerap energi cahaya, energi itu dilewatkan dari suatu molekul pigmen ke molekul pigmen lainnya hingga mencapai pusat reaksi. Setelah energi sampai di P700 atau di P680 pada pusat reaksi, sebuah elektron kemudian dilepaskan menuju tingkat energi lebih tinggi.

Elektron berenergi ini akan disumbangkan ke akseptor elektron. Dalam reaksi terang, terdapat 2 jalur perjalanan elektron, yaitu jalur elektron siklik dan jalur elektron nonsiklik.

1) Jalur elektron siklik
Jalur elektron siklik dimulai setelah kompleks pigmen fotosistem I menyerap energi matahari. Pada jalur ini, elektron berenergi tinggi (e-) meninggalkan pusat reaksi fotosistem I, tetapi akhirnya elektron itu kembali lagi.

Elektron berenergi (e-) meninggalkan fotosistem I (pusat reaksi klorofil a) dan ditangkap oleh akseptor elektron kemudian melewatkannya dalam sistem transpor elektron sebelum kembali ke fotosistem I. Jalur elektron siklik hanya menghasilkan ATP.

Namun, sebelum kembali ke fotosistem I, elektron-elektron itu memasuki sistem transpor elektron, yaitu suatu rangkaian protein pembawa yang mengalirkan elektron dari satu protein pembawa ke protein pembawa berikutnya. Ketika elektron melalui protein pembawa ke protein pembawa berikutnya, energi yang akan digunakan untuk membentuk ATP dilepaskan dan disimpan dalam bentuk gradien hidrogen (H+). Saat ion hidrogen ini melalui gradien elektrokimia melalui kompleks ATPsintase, terjadilah pembentukan ATP.

ATP terbentuk karena adanya penambahan gugus fosfat pada senyawa ADP yang diatur oleh energi cahaya sehingga prosesnya disebut fotofosforilasi.

Pembentukan ATP terjadi melalui rute transpor elektron siklis maka disebut juga fotofosforilasi siklis.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjABljuEPtJwF56m01pseeFwQJsQ9UPf4o55e7xKa-MBZ8vbUX9c9LLE_22vA2XPYSvxbH5n7RbQAXAd5HIgKMFe7YhcxgGtwtrjVcPxAk_UVfm4zBeTAqF51pMoQaTjSQTK7mB0vIAjxY/s640/jalur-elektron-siklis-nonsiklis.png

2) Jalur elektron nonsiklik

Reaksi ini dimulai ketika kompleks pigmen fotosistem II (P 680) menyerap energi cahaya dan elektron berenergi tinggi meninggalkan molekul pusat reaksi (klorofil a). Fotosistem II mengambil elektron dari hasil penguraian air (fotolisis) dan menghasilkan oksigen melalui reaksi berikut.



Oksigen dilepaskan oleh kloroplas sebagai gas oksigen. Sementara itu, ion hidrogen (H+) untuk sementara waktu tinggal di ruang tilakoid.

Elektron-elektron berenergi tinggi yang meninggalkan fotosistem II ditangkap oleh akseptor elektron dan mengirimnya ke sistem transpor elektron. Elektron-elektron ini melewati satu pembawa ke pembawa lainnya dan energi untuk pembentukan ATP dikeluarkan dan disimpan dalam bentuk gradien hidrogen (H+). Ketika ion-ion hidrogen melewati gradien elektrokimia serta kompleks sintase ATP, terbentuklah ATP secara kemiosmosis.

Sementara itu, elektron-elektron berenergi rendah meninggalkan sistem transpor elektron menuju fotosistem I. Ketika fotosistem I menyerap energi cahaya, elektron-elektron berenergi tinggi meninggalkan pusat reaksi (klorofil a) dan ditangkap oleh akseptor elektron. Selanjutnya, sistem transpor elektron membawa elektron-elektron ini ke NADP+. Setelah itu, NADP+ mengikat ion H+ terjadilah NADPH2, seperti reaksi berikut.



Dengan demikian jalur elektron nonsiklis menghasilkan ATP dan NADPH2. NADPH2 dan ATP yang dihasilkan dalam elektron nonsiklik akan digunakan dalam reaksi tahap kedua (reaksi gelap) sintesis karbohidrat.

b. Reaksi Gelap (Light-Independent Reaction)

Reaksi gelap merupakan reaksi tahap kedua dari fotosintesis. Disebut reaksi gelap karena reaksi ini tidak memerlukan cahaya. Reaksi gelap terjadi di dalam stroma kloroplas.
Reaksi gelap pertama kali ditemukan oleh Malvin Calvin dan Andrew Benson. Oleh karena itu, reaksi gelap fotosintesis sering disebut siklus Calvin-Benson atau siklus Calvin. Siklus Calvin berlangsung dalam tiga tahap, yaitu fase fiksasi, fase reduksi, dan fase regenerasi.
Pada fase fiksasi terjadi penambatan CO2 oleh ribulose bifosfat (Ribulose biphosphat = RuBP) menjadi 3-fosfogliserat (3- phosphoglycerate = PGA). Reaksi ini dikatalisis oleh enzim ribulose bifosfat karboksilase (Rubisco).



Pada fase reduksi diperlukan ATP dan ion H+ dari NADPH2 untuk mereduksi 3-fosfogliserat (PGA) menjadi 1,3-bifosfogliserat (PGAP) kemudian membentuk fosfogliseraldehid (glyceraldehyde-3-phosphat = PGAL atau G3P = glukosa 3-fosfat).



Pada fase regenerasi, terjadi pembentukan kembali RuBP dari PGAL atau G3P. Dengan terbentuknya RuBP, penambatan CO2 kembali berlangsung.


Secara ringkas reaksi gelap atau siklus Calvin dijelaskan dalam skema berikut.


Kapan glukosa terbentuk? Setiap 6 atom karbon yang memasuki siklus Calvin sebagai CO2, 6 atom karbon meninggalkan siklus sebagai 2 molekul PGAL atau G3P, kemudian digunakan dalam sintesis glukosa atau karbohidrat lain (perhatikan kembali siklus Calvin di atas).

Reaksi endergonik antara 2 molekul G3P atau PGAL menghasilkan glukosa atau fruktosa. Pada beberapa tumbuhan, glukosa dan fruktosa bergabung membentuk sukrosa atau gula. Pada umumnya, Sukrosa dapat dipanen dari tanaman tebu atau bit. Selain itu, sel tumbuhan juga menggunakan glukosa untuk membentuk amilum atau selulosa.

Berdasarkan tipe pengikatan terhadap CO2 selama proses fotosintesis terdapat tiga jenis tumbuhan, yaitu tanaman C3, tanaman C4, dan tanaman CAM.


3.   Sebutkan tokoh (3) yang menyelidiki tentang proses fotosintesis + hasil + proses + alat.

Jawab :

Ø  Ingenhouze  (menggunakan Hydrilla) = membuktikan fotosintesis  mengeluarkan O2.

Pada tahun 1779, seorang dokter berkebangsaan Inggris bernama Jan Ingenhousz berhasil membuktikan bahwa proses fotosintesis menghasilkan oksigen (O2). la melakukan percobaan dengan tumbuhan air Hydrilla verticillata di bawah corong kaca bening terbalik yang dimasukkan ke dalam gelas kimia berisi air. Jika Hydrilla verticillata terkena cahaya matahari, maka akan timbul gelembung-gelembung gas yang akhirnya mengumpul di dasar tabung reaksi. Ternyata gas tersebut adalah oksigen. Beliau juga membuktikan bahwa cahaya berperan penting dalam proses fotosintesis dan hanya tumbuhan hijau yang dapat melepaskan oksigen.


Ø  Engelmann (menggunakan Spirogyra dan bakter) = membuktikan fotosintesis membutuhkan cahaya, klorofil, dan menghasilkan O2.

Pada tahun 1822 Engelmann berhasil membuktikan bahwa klorofil merupakan faktor yang harus ada dalam proses fotosintesis. la melakukan percobaan dengan ganggang hijau Spirogyra yang kloroplasnya berbentuk pita melingkar seperti spiral. Dalam percobaan tersebut ia mengamati bahwa hanya kloroplas yang terkena cahaya mataharilah yang mengeluarkan oksigen. Hal itu terbukti dari banyaknya bakteri aerob yang bergerombol di sekitar kloroplas yang terkena cahaya matahari.

Ø  Sachs  (Uji Yodium) = Membuktikan fotosintesis menghasilkan amilum.

Pada tahun 1860, Sachs membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan amilum. Dalam percobaannya tersebut ia menggunakan daun  segar  yang sebagian dibungkus dengan kertas timah. Kemudian, daun tersebut direbus, dimasukkan ke dalam alkohol dan ditetesi dengan iodium.Ia menyimpulkan bahwa warna biru kehitaman pada daun yang tidak ditutupi kertas timah menandakan adanya amilum. Pada uji Sachs ini bertujuan melakukan uji apakah tanpa cahaya daun tidak berfotosintesis. Percobaan ini berdasar pada ciri hidup yang hanya dimiliki oleh tumbuhan hijau yaitu kemampuan dalam menggunakan karbondioksida dari udara untuk diubah menjadi bahan organik serta direspirasikan /dessimilasi.

Bahan organik dalam tubuhnya sehingga zat organik itu bisa digunakan untuk aktivitas makhluk hidup.Berdasarkan percobaan yang dihasilkan diperoleh bahwa bagian daun yang di tutupi oleh kertas amilum tidak berubah warna ( hijau pucat) setelah ditetesi oleh lugol. Sedangkan daun yang tidak ditutupi mengalami perubahan warna menjadi hitam, hal tersebut terjadi karena pada daun yang ditutupi kertas alumunium, mengalamai pembelokan cahaya,sehingga fotosintetis tidak dapat berlangsung, akibat dari tidak tersedianya bahan bakar untuk melakukan fotosintetis. Beda halnya dengan bagian daun yang tidak ditutupi kertas alumunium, pada bagian tersebut tetap berlangsung proses fotosintetis, sehingga saat ditetesi lugol daun tersebut bereaksi dan mengalami perubahan warna, yang membuktikan bahwa adanya kandungan amilum, pada saat peroses fotosintesis berlangsung.

Senin, 22 Februari 2016

I'm Back Part 2

HAI HAI!!!


Udah hampir 3 tahun ya gue ga ngeblog, terakhir ngepost itu awal banget masuk SMA dan sekarang gue udah duduk di kelas XII. Ngga kerasa ya waktu berjalan cepet banget. Selama di SMA banyak banget kenangan yang gue dapet, dari kenangan manis sampe pait banget. Kisah belajar di SMA sampe percintaan gue yang kandas begitu aja setelah bbrp tahun gue berjuang #curhat.

Tenang... gue gaakan curhat disini kok, karena ngga baik membuka luka lama, dan btw sampe hari ini  Alhamdulillah gue baik-baik aja haha. Berhubung postan sebelumnya mengenai materi-materi pelajaran, Insya Allah gue akan memfokuskan blog ini lebih kepada ilmu/edukasi. Tunggu ya buat materi selanjutnya!

Sekian sambutan dari gue, mohon maaf apabila ada sedikit curahan hati dan kemunculan yang tidak terduga.

Btw, do'ain gue ya supaya gue bisa diterima jd maba di UI hehe thankyou guyz.


Love,            



             Anggi Afriani     

Jumat, 13 September 2013

I'M BACK!!!

Hai-hai :D Anggi is back!!! Udah lama nih ngga ngepost lagi, gara gara sibuk banget deh waktu kelas 9. Ketar-ketir pas UN 20 paket itu, tapi Alhamdulillah gua dapet nem yang memuaskan dan masuk SMA yg gua pengenin hehe. Sekarang…… gua udah jadi anak (baru) SMA loohh. Gapapa deh baru, yang penting udah SMA ini. Insya Allah untuk ke depannya, gua akan nge-share lagi seputar pelajaran yang udah gua dapet ya. Mungkin ngga terlalu sering, soalnya bener bener fokus banget sama nilai nih, biar bisa dapet PTN yang bagus hehe (curcol). Oke guysss, sekian dari gua. LET’S ENJOY THIS BLOG!!! Terimakasih, Wassalamu’alaikum warohmatullahi, wabarakaatuh.

Kamis, 12 September 2013

IV. Protista Mirip Jamur (Jamur Protista)

Protista ini disebut mirip jamur karena struktur tubuh, cara reproduksinya yang mirip fungi dan memiliki ciri-ciri seperti jamur, antara lain bersifat eukariotik, tidak memiliki klorofil, dapat menghasilkan spora dan heterotrof.  Pada saat zigot, Protista ini bergerak mirip Amoeba. Protista mirip jamur ini dibagi 3, yaitu: Jamur lendir plasmodial (Myxomycota), jamur lender seluler (Acrasiomycota) dan jamur air (Oomycota).

A.    Jamur Lendir Plasmodial (Plasmodial Slime Mold)

Jamur lendir plasmodial disebut juga Myxomycota (Jamur lendir tidak bersekat). Sebagian besar spesies ini memiliki cirri berpigmen terang, umumnya berwarna kuning atau oranye, bersifat hetetotrof fagosit dan memiliki tahapan makan berbentuk massa ameboid (seperti amoeba). Massa ameboid tersebut dinamakan plasmodium. Plasmodium Myxomycota merupakan massa tunggal sitoplasma yang tidak terbagi oleh membran sehingga banyak mengandung nukleus. Nukleus pada plasmodium umumnya bersifat diplod (2n) dan dapat membelah mitosis secara bersamaan. Terkadang plasmodium berbentuk seperti jaringan untuk memperluas permukaan tubuhnya, sehingga banyak memperoleh makanan dan oksigen.
Pada fase plasmodium, jamur lendir ini memperoleh makanan dengan cara menjulurkan pseudopodianya ke arah makanan, kemudian ditelat (fagositosis). Jamur lendir ini bereproduksi secara aseksual dengan membentuk sporangium dan bereproduksi secara seksual dengan singami (penggabungan) antara sesama sel ameboid atau antara sel berflagela.

Siklus hidup jamur plasmodial adalah:


1. Plasmodium tumbuh dewasa dan 
    membentuk jaringan.
2. Pada saat kekeringan, plasmodium dewasa 
    membentuk sporangium bertangkai(stalk).
3. Di dalam spongarium  terjadi pembelahan secara 
    meiosis dan menghasilkan spora yang haploid 
    dan tahan terhadap kekeringan.
4.  Jika lingkungan baik, spora akan berkecambah
     membentuk sel aktif yang haploid.
5. Sel-sel tersebut akan berubah menjadi sel  
    ameboid atau sel berflagela.


Contoh Myxomycota adalah:


B. Jamur Lendir Seluler (Cellular Slime Mold)
     
Jamur lendir seluler disebut juga Acrasiomycota (jamur lendir bersekat). Jamur lendir ini memiliki tahapan  (fase) makan berupa sel-sel yang hidup soliter, tetapi setelah makanannya habis, sel-sel tersebut membentuk agregat (koloni) dalam 1 unit. Dalam 1 agregat tersusun sekitar 125.000 sel. Jamur lendir seluler berkromosom haploid (n), hanya zigot yang memiliki kromosom diploid (2n). Sel-sel Acrasiomycota tetap mempertahankan identitasnya dan terpisahkan oleh membran mereka.
Jamur lendir ini bereproduksi secara aseksual dengan membentuk tubuh buah (fruiting body), dan bereproduksi secara seksual dengan singami sel ameboid. Terdapal sekitar 65 spesies jamur lendir seluler, antara lain Dictyostelium discoideum, Polysphondylium sp.,
Coenonia sp., dan Acytostelium sp.

Siklus hidup jamur lendir seluler ini adalah:
1. Pada saat persedian makanan tidak ada, sel-sel ameboid berkromosom haploid (n) membentuk agregat.
2. Agregat berbentuk seperti peluru dan dapat berpindah tempat.
3. Agregat menetap untuk membentuk tubuh buah.
4. Sel yang mongering membentuk batang penyokong (stalk). Sel-sel hidup bergerak ke atas sel yang mongering membentuk kumpulan spora yang haploid. Spora tersebut merupakan tubuh buah.
5. Spora bersifat resisten (tahan terhadap kondisi lingkungan buruk (kekeringan)).
6. Jika spora jatuh ke tempat yang menguntungkan, akan tumbuh menjadi sel ameboid yang haploid (n).
7. Sel ameboid berada dalam tahap makan, hidup soliter, dan bergerak dengan pseudopodia.
8. Bila makanan sudah habis, sel-sel ameboid bergerak ke arah pusat agregat untuk membuat suatu unit.
9. Pada kondisi tertentu,sel ameboid dapat melakukan singami dan membentuk zigot yg diploid (2n).
10. Zigot yang diploid (2n) akan memakan sel-sel ameboid dan tumbuh menjadi sel raksasa yang mengalami pembelahan secara meiosis dan mitosis. Hingga, menghasilkan sel ameboid yang haploid (n).
11. Bila sel raksasa pecah, sel-sel ameboid yang haploid akan keluar dan menjadi sel pemakan.

C. Jamur Air (Water Mold)

Oomycota (artinya fungi telur) atau jamur air merupakan jamur uniseluler atau multiseluler yang memiliki dinding sel dari selulosa. Oomycota disebut juga sebagai Jamur Karat Putih (white rust) atau  Jamur Berbulu Halus (downy mildew). Oomycota multiseluler berbentuk hifa halus bercabang, tidak bersekat dan memiiki banayak inti (senositik). Oomycota bereproduksi secara aseksual dengan pembentukan zoospore berflagela dua dan secara seksual dengan pembuahan sel telur oleh inti sperma yang menghasilkan zigot resisten (oospora).
Oomycota hidup secara heterotof dengan cara menguraikan organisme lain yang sudah mati (saproba). Beberapa jenis ada yang hidup sebagai  parasit.

Tedapat sekitar 500 spesies Oomycota, diantaranya:
1. Saproglenia sp., parasit pada ikan dan serangga.
2. Plasmopara viticola, parasit pada anggur.
3. Pythium sp., menyebabkan penyakit rebah semai pada tanaman.